Missing My Best Partner

Hai, Tuan berkacamata..
apa kabarmu? lama sekali kita tak saling berkabar. padahal dulu kita pernah sama-sama melewatkan waktu dan terjaga sampai malam hanya untuk saling berkabar, masalah pekerjaanpun sering menjadi topik yang cukup menyenangkan untuk kita bahas. bahkan aku masih mengingat saat aku sampai membutuhkan waktu lama di depan layar handphone hanya untuk memikirkan kalimat lucu apa yang akan aku kirim agar kamu disana bisa tertawa saat membacanya. begitu juga dengan kamu bukan?
Bukan hanya saat malam saja kita menghabiskan waktu bersama melalui pesan singkat, aplikasi tak bersalah bernama Yahoo Messenger dan Skype-pun ikut mendukung setiap percakapan kita saat sedang di kantor. Yaa bahkan di kantor sekalipun sempat-sempatnya kita saling berkabar atau sekedar bertanya "lagi sibuk gak? atau hari ini kamu lembur gak?"

Tapi tidak lagi untuk saat ini.. bertanya soal pekerjaan saja sepertinya kamu sudah enggan. Sikap kamu belakangan ini membuat aku begitu sangat tidak nyaman. aku tidak percaya kalo akhirnya kita akan menjadi seperti ini. bukankan dulu kita pernah menjadi partner kerja yang kompak? (maybe, just my opinion) dan bukankah dulu aku dan kamu pernah tau sedikit banyaknya tentang kesulitan pekerjaan kita masing-masing?? saat ini kita masih terikat oleh suatu pekerjaan bukan? haruskah tetap seperti ini?

Ayolahh.. kita sama-sama sudah dewasa bukan? setelah sampai pada titik ini, mungkin memilih untuk bersahabat jauh lebih baik. atau kalo boleh memilih, mungkin seharusnya kita tidak usah bertemu sehingga tidak ada akhir yang seperti ini. Walaupun sebenarnya kita sama-sama tahu kenapa akhirnya sikap kamu berubah menjadi sedingin ini.

Kalau boleh jujur, aku merindukan partner kerjaku yang berisik, bawel, selalu mau berbagi cerita, dan konyol, bukan partner kerja yang tiba-tiba jadi sangat serius, jutek, dingin dan ntahlah kamu seperti teka-teki yang punya jawaban dan tidak mudah untuk ditebak